Agaknya impian saya hari kemarin untuk membuat tulisan yang lebih “Ngabeem” mulai menemukan pencerahannya. Enlightenment istilah lainnya. Ya, seperti yang kemarin saya tuliskan bahwa saya masih menyimpan ekspektasi pribadi terhadap blog ini sebagai salah satu partisipan BBKU untuk membuat tulisan yang rodho mencerminkan intelektualitas seorang calon master KBM. Misalnya, mengaitkan ngelmu  ilmu yang diajarkan dosen di kelas dengan fenomena terkini manusia modern, dianalisis secara critically, sceptically, binti revolutionary sehingga bisa menjadi sebuah mitos pencerahan baru bagi kehidupan manusia.

Cita-cita besar nan adiluhung (versi lebaynya) itu pasti dimulai dengan langkah pertama. Di antaranya menuruti perintah mas mimin BBKU yang notabene lebih senior dan berpengalaman menjerumuskan merumuskan hal-hal aneh bermanfaat untuk para peserta BBKU. Seperti kali ini, saya ditugaskan (si pemegang kuasa) BBKU untuk membuat review atas tulisan-tulisan yang keluar dari jemari pemilik blog Kubik Berjalan. Saya membuat batasan masalah dalam penelitian kali ini dalam koridor tulisan yang di-post si empunya blog tersebut selama BBKU saja (bahasa obsesif nggarap thesis segera #ekheem). Yang mana BBKU #3 ini telah menempuh setengah perjalanannya, yakni 15 hari.

Oke, dari informasi yang saya dapatkan dari mulut ke mulut, pemilik blog Kubik Berjalan yang juga merepresentasikan blognya dengan tagline Merenda Cerita dengan Aksara ini adalah seorang senior saya yang telah berhasil meluluskan dirinya dari status mahasiswa KBM. Sungguh hebat beliau bukan? Sudah bergelar master, namun masih setia berpartisipasi di BBKU. Kehebatan beliau lainnya adalah sudah berhasil meloloskan diri dari hari-hari kelabu yang rawan menerpa kehidupan seorang jomblo ngenes. Yak, satu lagi yang bikin envy #uhuk si empunya blog ini sudah menikah. Dialah si pemilik nama asli Moddie Alvianto W (W nya saya tak tahu, semoga bener ya, mohon maaf belum sempat tanya ke Mbak Nova #eh, tapi cuma copas dari nama Whatsapp masnya).

Pertama, review kali ini akan saya mulai dengan menyoroti tagline blog beliau. Adalah sesuatu yang menarik perhatian saya, tentang pemilihan diksi ‘merenda’ di dalamnya. Agar tidak terjebak kepada isu bias gender, saya tidak ingin mengatakan bahwa seorang laki-laki tidak lazim dengan pemakaian kata predikat tersebut. Namun, saya jadi membayangkan apa niat politis di baliknya? Apakah si empunya blog terbiasa melakukan pekerjaan merenda yang bisa diartikan secara bahasa sebagai ‘pekerjaan membuat renda’? Atau memang Mas Moddie menyenangi segala sesuatu yang berenda-renda. Ehmm…. seperti, jilbab dengan hiasan renda di sekeliling pinggiran wajah misalnya (yang kebayang model jilbab anak-anak sekolah TK). Demikian segelintir asumsi yang bisa saya sampaikan dalam rangka penafsiran paradigma diskursif tentang tagline blog Kubik Berjalan (sok akademis banget bahasenye). Mohon maaf, Mas apabila ada kata yang kurang berkenan. Aku hanyalah manusia penuh doxa. Tidak lain hanyalah pencair suasana. Ruang klarifikasi atas hal tersebut terbuka selebar-lebarnya di kolom komen. Hehehe.

Kedua, dari nama depan beliau, Moddie. Saya sempat berpikir adakah relasi biologis dirinya dengan sosok-sosok artis papan atas yang menyandang nama depan serupa, seperti Moddie Kusnaedi dan Moddie Ayunda? Oke, analisis kedua ini sangat ngawur. Hehe. Selain itu, saya nampaknya belum pernah bertemu langsung dengan pria dengan nama panggilan Moddie ini. Namun, jika kamu juga seperti saya dan ingin tahu lebih jauh seperti apa dia orangnya bisa membaca dari tulisan beliau sendiri di link berikut ini… Begitulah Moddie.

Ketiga, beliau adalah penulis yang baik. Jika ditinjau secara teknis, bahasa yang digunakan cukup mengalir, mengarah sesuai EYD, dan mudah dipahami siapa saja. Tulisan dalam blog-nya banyak yang berisi seputar every day life, namun tidak sekadar menjadi pelepas hasrat curhat harian. Mas Moddie banyak menyelipkan hikmah dan pelajaran positif yang beliau ambil dari pengalamannya. Beberapa di antaranya berhasil membuat saya terenyuh, seperti Mekanisme Doa dan Tambal Ban. Ada juga tulisan lain yang sarat informasi tentang jajanan sarapan recommended di Jogja, asli bikin saya semakin lapar di tengah malam. Lihat selengkapnya di 6 Sarapan di Jogjakarta versi Moddie. Sementara, di salah satu tulisan lain beliau yang berjudul Ibuk Kost ada sebuah closing quote dari beliau yang membuat saya tidak bisa tidak bilang setuju, yang berbunyi “jangan pernah sekali-kali meremehkan perempuan, terutama seorang ibuk”. Ya, itulah sekilas karakter tulisan dalam blog Mas Moddie. Sering memberi punch line di akhir tulisannya yang membuat blog ini layak dikunjungi dan disimak tulisan-tulisannya hingga selesai.

Sekian review yang bisa saya sampaikan tentang pemilik blog Kubik Berjalan beserta isinya. Menarik rasanya untuk terus mengikuti postingan yang akan hadir berikutnya terutama yang berkaitan dengan fenomena budaya dan media dari seorang master KBM ini #salam hormat grak. Mohon maaf jika banyak kekurangan. Sedikit kata yang ingin saya sampaikan lagi, semoga yang menulis review juga dapat segera menyusul kesuksesan yang di-review. Terutama dalam hal lulus cepat dan jodoh. #ujung-ujungnya curcol maning

Bantul, 15 November 2016

23.57 Waktu Indonesia Bantul

Featured Image: Google