Jika suatu hari nanti tiba masanya Allah mengizinkan sahabatku, saudariku, untuk menjadi seorang ibu, berarti sejak hari itu Ia telah menakdirkan sahabatku, saudariku, untuk menjadi insan yang mendapat nikmat sekaligus amanah mulia. Telah terbayangkan sejak sebelum menjadi ibu, sahabatku, saudariku, mungkin telah melakukan persiapan terbaiknya menyambut amanah besar ini. Saat itu masih dengan perasaan “jika Allah mengizinkanku menjadi seorang ibu”.

Maka sederetan daftar teladan ibu terekam kuat dalam ingat dan harap. Harapan seorang ibu adalah harapan tentang anaknya. Kesuksesan seorang ibu seringkali dinilai dari kesuksesan anaknya. Seringkali sejarah mencatat para pahlawan besar terlahir dari ibu yang mencurahkan hatinya secara utuh bagi perkembangan anaknya, yang sering tersebut dalam kata pendidikan dan pola asuh ibu.

Menjadi ibu dari Abdullah bin Zubair artinya menjadi Asma’ binti Abu Bakar. “Isy kariman au mut syahidan!” (Hiduplah mulia atau mati syahid!) Begitu inspirasi dan motivasi hidup yang ditanamkan Asma’ pada anaknya, Abdullah bin Zubair. Hingga tiba saatnya Zubair berhadapan dengan gempuran Hajjaj bin Yusuf As-Saqafi, ia kokoh memertahankan iman dan tak mau tunduk dengan kezaliman. Sampailah Zubair pada kesyahidan yang dihantarkan dari kata-kata Asma’ yang diabadikan hingga kini.

Menjadi ibu dari Imam Ahmad artinya menjadi Shafiyyah binti Maimunah. Setiap pagi Shafiyyah rela menggendong anaknya yang masih balita untuk shalat Subuh berjamaah di masjid. Kesungguhan beribadah yang kokoh, menjadi nilai keteladanan yang Imam Ahmad dapatkan langsung dari sang ibu. Hingga ia tumbuh dan dikenal sebagai ulama hadits dan imam madzhab.

Menjadi ibu dari Zaid bin Tsabit artinya menjadi Nuwair binti Malik. Saat usia Zaid baru menginjak 13 tahun , Nuwair membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuh Zaid dan menyuruh anaknya ikut pasukan perang Badar. Zaid kemudian menghadap Rasulullah, namun keinginannya tidak diterima. Ia kembali kepada sang ibu dengan bersedih. Namun sang ibu meyakinkan bahwa ia mampu membantu pasukan Islam melalui potensi yang lain. Beberapa tahun berikutnya ia telah dikenal sebagai sekretaris wahyu, lewat potensi kecerdasan dan kepandaiannnya menghafal Al-Qur’an.

Menjadi ibu dari Imam Syafi’I berarti menjadi Ummu Habibah. Ummu Habibah adalah seorang yang “buta, bisu, dan tuli” karena matanya tidak pernah digunakan untuk melihat maksiat, mulutnya tidak digunakan kecuali berkata baik, dan telinganya tidak digunakan untuk mendengar yang Allah larang. Ia hidup hanya berdua dengan sang anak karena suaminya telah meninggal dunia saat Imam Syafi’I kecil. Hingga pengorbannannya diuji saat Imam Syafi’I berusia 14 tahun berpamitan kepada ibunya untuk merantau mencari ilmu. Dengan keridhoan ia merelakan anaknya pergi menuntut ilmu.

Menjadi ibu dari salah satu imam besar Masjidil Haram, Abdurrahman As-Sudais, berarti menjadi ibu yang tak surut menyemangati anaknya menggapai cita-cita mulia. Sejak Imam Sudais kecil sang ibu sering menyemangati dengan perkataan, “Wahai Abdurrahman sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram.” Tak surut sang ibu senantiasa menyemangati anaknya dengan perkataan tersebut dan takdir Allah pun bersambut dengan perkataan sang ibu.

Menjadi ibu dari Ahmad Zewail berarti menjadi ibu yang memotivasi anaknya dengan cita-cita yang tampak nyata. Seperti yang ibunya lakukan yakni menuliskan “Kamar dr. Zewail” di depan pintu kamar anaknya ketika kecil. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik sepenuh hati jadilah Ahmad Zewail seorang doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor muslim peraih Nobel bidang Kimia pada tahun 1999.

Menjadi ibu yang mengemban amanah mulia, berarti berproses mengantarkan buah hatinya mengenal Allah. Ibu yang melalui proses membesarkan dan mengasuh buah hati dengan tangannya telah berhasil jika dapat mengantarkan nama anaknya harum di hadapan Sang Pencipta.

Menjadi seorang ibu tak bisa menjiplak perjalanan ibu-ibu yang memiliki pengalaman sebelumnya. Menjadi ibu artinya tentang menjadi diri sendiri yang terbaik yang bisa dilakukan. Bahkan sahabatku, saudariku, mungkin membayangkan akan menjadi sosok yang dua-tiga kali lipat lebih baik daripada sebelum menjadi seorang ibu. Ibu… suatu sosok yang bermakna kekuatan, ketangguhan, kasih, sayang, dan tulus.

Namun tak semua wanita meraih takdir yang sama. Ada beberapa kaum hawa yang tercatat sebagai syahidah karena nafas terakhirnya terhembus setelah melahirkan sang buah hati ke alam dunia. Ada pula sebagian lainnya yang hingga ajal menjemput belum merasakan ikatan pernikahan yang menjadi gerbang halalnya sebuah hubungan lawan jenis. Banyak pula sebagian lagi dari kaum hawa yang sudah menikah dalam hitungan tahun namun belum dititipi buah hati selama di dunia.

Jika kita tidak ditakdirkan menjadi seorang ibu di dunia, akankah saudariku, sahabatku, masih siap menerima takdirnya?

Tidak ada buah yang tidak manis, jika buah itu dipetik dari keimanan menerima takdir Allah dengan kelapangan, keridhoan. Maka tak perlu gusar. Ia akan Bertanggungjawab atas setiap takdir yang ditetapkan atas hamba-Nya. Yang dalam pandangan kita berupa berkah maupun musibah.

Menjadi seorang ibu hakikatnya adalah pewaris kebaikan. Kebaikan dalam perjalanan mengenal Tuhan. Maka apakah kini sahabatku, saudariku, yang belum merasakan mengandung dan menimang buah hati, tak bisa “mencuri waktu” lebih awal selayaknya tugas-tugas seorang ibu? Yang rela melakukan apa pun, usaha terbaik, semangat terbesar, kepada para pewaris kebaikannya? Memastikan estafet kebaikan itu tetap terjaga.

Jadilah “ibu” bagi sahabatmu, saudarimu yang lain. Bagi adik-adikmu, adik-adik di organisasimu, adik-adik kost atau kontrakanmu, binaan-binaanmu yang memerhatikan gerak-gerikmu, dan setiap mata yang memerhatikanmu sebagai sosok teladan. Bahkan sosok pahlawan. Untuk setiap kebaikan yang terwariskan memiliki kesamaan kualitas dengan “semangat seorang ibu”.

Hingga bila suatu saat takdir itu tiba padamu untuk menjadi sesungguhnya ibu, engkau telah terbiasa mengemban tugas, peran, dan semangat seorang ibu dari pahlawan hebat yang dirindukan keberadaanya.